Tinjauan Historis
3G adalah generasi ketiga dari cellular telephone dan generasi kesekian dari keluarga telepon [sejak 1876], mulai dari PSTN (telepon biasa), cordless telephone, wireless local loop (FWA, C-phone, star-One, dan flexi yang bukan telepon biasa), mobile telephone, hingga cellular telephone (1G, 2G, 2.5G, 3G, … 4G-kah? atau NGN).
Pesawat telepon yang pada awalnya terhubung ke jaringan (PSTN cloud) melalui kabel tembaga (:wire) hingga sekitar 100 tahun kemudian, secara dramatis bergeser menjadi koneksi melalui udara (wireless) sebagai akibat dari majunya teknologi radio yang didukung oleh kemampuan fabrikasi chip semikonductor dan perubahan gaya hidup manusia yang semakin mobile yang menuntut tersedianya alat komunikasi yang portable.
Namanya saja telephone yang terjemahan bebasnya “suara jarak jauh”, maka jaringan telephone sejak awal adalah dirancang untuk melayani komunikasi percakapan. Komunikasi percakapan harus real-time karena “hallo” saat ini harus dijawab saat ini juga, tidak boleh dibalas dengan “hallo” beberapa menit kemudian. Oleh karena itu, yang terpikir tentang jaringan telepon saat itu adalah sebuah jaringan yang circuit oriented (: sambung dulu baru bicara) yang dalam bahasa teknisnya call setup before conversation.
WiMax adalah interface udara (wireless) generasi kesekian dari teknologi wireless-IP yang berfungsi untuk mengakses Internet via udara. Internet adalah jaringan komputer sedunia yang awalnya terjadi akibat munculnya kebutuhan untuk menghubungkan 2 komputer atau lebih agar orang bisa melakukan transfer file (data) secara cepat dan efisien. Seiring dengan kemampuan manusia dalam mengembangkan software aplikasi yang semakin maju dan makin tingginya kemampuan hardware, jaringan komputer meluas pesat dan kemudian dimanfaatkan juga untuk email, bulletin board system(BBS), dan komunikasi data yang lebih rumit seperti worl wide web (www), chating, game online, dan streaming audio/video.
Seperti yang terjadi pada telepon, PC (personal computer) yang pada awalnya terhubung ke jaringan komputer melalui kabel, secara perlahan semakin banyak yang harus terhubung via wireless (radio atau infrared) karena desakan konsumen yang semakin tinggi mobilitasnya. Pengembangan produk wireless system dengan cepat mulai dari infrared (IRDA) hingga yang radio seperti bluetooth, WiFi berlabel hotspot atau access-point untuk indoor (radius jangkauan teoritis 50 meter) dan waveLAN point-to-point untuk link antara user ke ISP (jangkauan hingga sekitar 12 mil) yang keduanya mengacu pada pokja IEEE 802.11, dan WiMax (pokja IEEE 802.16: long range point to multi point) yang jangkauannya dibuat hingga 10 km. WiMax yang pada awalnya dirancang untuk melayani akses data dari fixed-client dan client nomadic berkecepatan pejalan kaki, pada akhirnya cenderung dikembangkan pula untuk client berkecepatan hingga 120 km/jam (:WiMax mobile), sehingga model jaringannya nanti akan menyerupai cellular telephone sehingga bisa dikatakan bahwa WiMax mobile ini akan menjadi “cellular-PC” ( awalnya ini adalah tugas dari pokja IEEE 802.20: Mobile-Fi atau mobile-IP).
Jaringan komputer dalam sejarahnya adalah dirancang untuk mengkomunikasikan data dimana yang paling dipentingkan saat itu adalah bahwa data bisa sampai di penerima secara utuh (benar 100%), tidak penting berapa lama. Belum terpikir tentang komunikasi data yang realtime karena yang akan dikirim adalah file. Oleh karena itu, jaringan komputer dibangun berdasarkan packet-oriented (file dipecah menjadi paket-paket yang dikirim secara terpisah). Berapa lama seluruh paket akan tiba di penerima tergantung pada ketersediaan bandwidth di saluran. Bila jumlah pengguna lebih sedikit, maka bandwidth yang tersedia menjadi lebih besar sehingga pengiriman data bisa lebih cepat.
Suasana di dekade terakhir abad ke-20
Jaringan telepon yang memulai sejarahnya pada tahun 1876, mengalami kemajuan teknologi switching dan transmisi yang lambat selama hampir 80-tahun, hingga manusia menemukan semikonductor di tahun 1950-an dan berhasil membuat IC di tahun 1960-an. Dalam kurun waktu 30 tahun kemudian, terjadi kemajuan yang sangat pesat dalam aplikasi elektronika di semua sektor. Jaringan telepon darat (PSTN) yang semula hanya untuk voice, pada dekade 1990 telah menjadi jaringan digital yang mampu melayani semua jenis informasi (voice, audio, picture, video, dan data) yang diberi nama ISDN (integrated services by digital network).
Teknologi radio telah berkembang pula dengan sangat cepat dan digunakan dalam bisnis broadcasting radio, televisi, radio dua arah, paging, trunking, satellite, dan wireless telephones. Perubahan gaya hidup telah mendorong lahirnya cellular telephone 1G (analog) di tahun 1980-an dan disusul oleh generasi kedua, 2G (digital) di tahun 1990-an. Hingga tahun 2000 terjadi perlombaan membuat handphone berukuran kecil dan ringan karena saat itu portability merupakan hal yang menarik untuk dijadikan fitur promosi.
Pada dekade 1990 ini pula, hardware komputer mengalami kemajuan yang paling pesat, dari CPU ber-clock 30 MHz menjadi ber-clock di atas 600 MHz sehingga memungkinkan sebuah PC untuk bisa mengolah tidak hanya data teks, tetapi juga voice, audio, dan video yang membuatnya kemudian disebut komputer-multimedia.
Sekitar 5 tahun sebelum abad 20 berakhir, Internet secara tidak terduga booming di banyak negara termasuk Indonesia. Bukti dari ketidak-terdugaan ini adalah dipakainya TCP/IP sebagai protocol standard de-facto; bukannya OSI 7-layer.
PSTN→ISDN : multimedia-telephone network
Cellular 1G→2G, 2,5G : wireless-telephone/MMS network
Data Comm→Internet : multimedia-PC/data network
Dimulailah babak baru bagi para peneliti, pengusaha, dan produsen teknologi komunikasi untuk beralih fokus pada jaringan berbasis packet-oriented.
Suasana di awal abad ke-21
Booming Internet di akhir abad-20 telah membawa dampak sosial yang luar biasa. Orang belajar dari Internet, guru mencari bahan mengajar dari Internet, promosi, mencari kerja, publikasi, hiburan, dan banyak lagi ragam content yang ditawarkan. Banyak pula modus kejahatan baru yang mengharuskan lahirnya bidang penelitian baru, regulasi baru, dan pelajaran baru bagi masyarakat. Internet yang menjadi sumber informasi yang hampir tak terbatas, menciptakan peluang baru dalam bisnis perangkat akses data via jaringan yang sudah ada. Beberapa perangkat yang muncul di awal abad-21 misalnya:
- Akses Internet via PSTN. Awalnya sekedar memanfaatkan kanal voice yang 300~3400 Hz dengan modem yang standard-nya diatur dalam rekomendasi seri V dari ITU-T dengan kecepatan maksimal 56kbps. Namun kemudian muncul ide untuk memanfaatkan kabel lokal dari rumah ke STO tanpa melalui 300~3400Hz tadi. Lahir produk baru yang dikenal sebagai modem ADSL sebagai pengganti kabel optik ISDN-BRI. Produk ini digunakan untuk layanan akses Internet via kabel dengan merk dagang Indonesia: “SPEEDY”.
- Akses Internet via cellular phone. Beberapa operator cellular bekerjasama dengan beberapa ISP untuk menawarkan layanan akses Internet melalui sistem seluler. Internet bisa langsung diakses menggunakan handphone, tetapi kurang menarik karena ukurannya yang terlalu kecil; dan bisa juga diakses menggunakan laptop dengan DCE modem seluler (GSM or CDMA 2/2.5G). Pada decade ini diluncurkan jaringan telepon seluler 3G yang menawarkan kecepatan akses data hingga 2 Mbps. Lalu disusul dengan protocol baru HSDPA/HSUPA berkecepatan lebih tinggi yang di-label 3.5G. Adakah 4G?
- Akses Internet via wireless IP-devices. Produk teknologi yang mengacu pada hasil pokja IEEE 802.11(a,b,g) yang diberi nama WiFi digunakan untuk hotspot atau access-point radius 50 m indoor dan P2P waveLAN yang digunakan untuk koneksi fixed-wireless antara Warnet atau kantor dan ISP.
- Mobile terminals. Pada dekade awal ini juga bermunculan produk terminal yang berbasis pocket-PC seperti HP dan PDA, yang dilengkapi dengan bluetooth untuk wireless-adHoc dan WiFi (di samping telepon) yang bisa digunakan untuk meng-akses LAN via hotspot atau access point. Ragam Wireless technology yang diluncurkan ke pasar yaitu: RFID dengan jangkaun <50cm, bluetooth<10m, WiFi<50m, WLAN up to 12 miles point-to-point, dan WiMax up to 10 km point-to-multipoint.
“Perang dingin” 3G vs WiMax
Saat ini, jaringan 3G atau pun 3.5G merupakan jaringan cellular phone yang siap untuk melayani transfer data (Data over Voice network) dengan GPRS, EDGE atau HSDPA dan HSUPA-nya. Sedangkan WiMax sebagai jaringan “cellular PC” juga sudah siap untuk melayani percakapan (Voice over IP/Data network). Apapun jenis terminal di sisi pelanggan, apakah itu sebuah laptop, PDA, atau pun handphone, semuanya bisa dilengkapi dengan interface WiFi, Wimax, modem HSDPA, atau sekedar modem CDMA/GSM biasa untuk bisa menelepon dan/atau mengakses internet. Ini berarti bahwa persaingan di dalam bisnis terminal-devices ini akan berlangsung biasa-biasa saja dan berkisar pada tiga jenis terminal yaitu Handphone, PDA, dan Laptop yang secara alamiah sudah terkelompok kelas harganya. Pertanyaannya: nyamankah mengakses Internet menggunakan sebuah handphone? Atau, nyamankah menelepon menggunakan sebuah laptop? Bagaimana pula bila melakukan keduanya menggunakan PDA? Tentunya selera dan daya beli pelanggan yang paling menentukan semaraknya bisnis terminal-devices ini.
Persaingan yang mungkin lebih seru adalah dalam bisnis sewa saluran atau infrastruktur jaringan. Untuk apa pelanggan menyewa saluran atau dalam kata lain, layanan apa yang diminta pelanggan? Voice atau Data? Menelepon atau akses Internet? Jaringan 3G atau 3.5G menawarkan layanan komunikasi voice yang sangat baik karena jaringan ini memang dirancang untuk melayani voice (:percakapan) dengan sejarahnya yang lebih dari 100 tahun. Sedangkan untuk layanan data, kecepatan akses yang saat ini mampu disediakan adalah hingga cuma sekitar 6 Mbps (shared). Sebaliknya, Wimax mampu menyediakan saluran dengan kecepatan data hingga 40 Mbps atau lebih (shared) dan layanan percakapan VoIP yang kualitasnya tidak akan menyamai percakapan melalui jaringan telepon, terutama pada kondisi trafik padat. Singkatnya, 3G lebih baik untuk menelepon tapi kurang cepat untuk akses Internet; sedangkan Wimax lebih baik untuk akses Internet, tapi bisa kurang baik untuk menelepon. Apabila kedua produk teknologi ini diterapkan di kawasan kota/metropolitan secara berdampingan, maka akan terjadi persaingan yang sangat seru dalam perebutan pelanggan karena keduanya menawarkan jasa layanan yang sama, yaitu voice dan data.
Dampaknya bagi Indonesia
Bagi negara produsen teknologi, lahirnya produk-produk baru berarti harapan baru untuk meningkatkan kemakmuran. Bagaimana pengaruhnya pada Indonesia tercinta? Akankah tercipta lapangan kerja baru karena munculnya pabrik baru?, ataukah akan muncul PMA baru dengan manajer asing baru?, atau sekedar importir baru yang mengimpor barang 100% jadi?, ataukah bahkan importir lama tetap berjaya tanpa ada tambahan lowongan kerja? Sehingga yang kaya semakin kaya, yang miskin semakin miskin, dan penganggur tetap tidak berubah.
Untuk saat ini dimana investasi 3G baru saja dimulai, akankah Wimax mendapatkan kebebasan untuk bersaing menawarkan layanannya. Seberapa banyak calon pelanggan yang kira-kira memerlukan koneksi Internet yang mobile? Bagaimana nasib operator 3G bila ditambah Wimax: berapa calon customer dibagi berapa operator?
Apapun yang akan terjadi, setidaknya Pemerintah sebagai regulator akan mendapat beban tugas baru yaitu menyusun regulasi terkait alokasi band frekuensi baru dan bagaimana menjamin kesehatan kompetisi usaha, bagaimana memanfaatkan momentum lahirnya produk baru sebagai peluang membuka lapangan kerja baru, bagaimana memanfaatkan potensi pasar domestik yang besar ini sebagai bargaining-power untuk “memaksa” pabrikasi dalam negeri, dan seterusnya. Siapa tahu, pada 100 tahun Harkitnas ini, terjadi sesuatu yang bersejarah di negeri ini.
Pentingnya Content Domestik
Terminal-devices (hp, PDA, laptop) banyak tersedia dengan banyak pilihan, demikian pula dengan infrastruktur jaringan (saluran akses) sudah pula banyak tersedia oleh banyak operator telekomunikasi. Namun apa yang mau di-akses dan kemana mau meng-akses, masih menjadi pertanyaan besar di benak pelanggan. Di era informasi ini, di tengah masyarakat berbasis pengetahuan (knowledge based society) ini, ketersediaan informasi dan sumber pengetahuan semestinya merupakan kebutuhan primer yang mutlak harus ada. Semakin banyak tersedia server content domestik, semakin banyak pilihan sumber informasi, maka semakin besar kemungkinan orang meng-akses-nya, semakin tinggi trafik komunikasi, semakin banyak diperlukan saluran menuju server, sehingga semakin berkurang beban persaingan di antara operator.
Untuk jangka pendek, rasanya akan sangat bermanfaat bila segera dibangun server mirror dari beberapa server terkemuka di dunia agar trafiknya di domestik saja.